Senin, 08 Juli 2013

Menepi

Berperahu
dipermainkan arah angin
bertahan dalam pergantian musim

Bertolak dari dermaga
berdua dengan gelora jiwa
mengikuti naik turun gelombang
dihunjam mual 
yang seringkali tak tertahan

Ku berbisik pada gelora jiwa
mari kita mengembangkan layar
mencoba sampai ke tujuan di tengah permainan alam

Tetapi ia menampar menyakitiku
teriaknya: apalah arti layar terkembang
keutuhannya sudah tak bisa dipertahankan
koyak rusak entah sejak kapan

Sejak saat itu aku mendiamkannya
tamparan itu menyakiti pipiku
terlebih lagi hatiku

Ketika hari-hari hujan tidak berhenti
di tengah lautan aku bertanya apa sesungguhnya terjadi
Hingga aku tahu 
perjalanan ini telah menumpahkan air mataku
tetapi hujan itu sesungguhnya turun untuk menyembunyikan tangisanku

Ketika panas matahari memanggang kulitku
aku menjadi ragu
jangan-jangan bulatan raksasa itu membenciku
Hingga aku mengerti
matahari sedang mencintaiku, berjaga atas kesadaranku

Sekian lama perjalanan
aku sudah berperahu jauh dari tujuan
tak hanya tubuhku yang diubahkan semakin hitam
tetapi kekuatan alam menjangkau jauh di dalam

Di hati ini
tak lagi aku temui keinginan untuk menambal layar
di rasa ini
tak ada lagi penyesalan bahwa perahuku jauh menyimpang

Saat ini aku hanya ingin menepi
di mana pun
bagaimana pun
sendiri
meskipun tanpa gelora jiwa
karena dia sudah hilang entah di mana

Menepi
tak lagi ku coba menaklukkan alam ini
menepi
berdamai dengan diri sendiri