Tidak seorangpun tahu apa yang akan terjadi
lima menit ke depan, apalagi lima tahun yang akan datang
tetapi semua orang tahu segala sesuatu yang telah terlewatkan
sekalipun hanya samar-samar
tentang kebahagiaan maupun kesedihan
tentang kelahiran atau justru kematian
tentang pertemuan juga perpisahan
betapapun indahnya masa lalu
tidak ada satupun yang kekal, semua semu
sekuat apapun kita mempertahankan
kita tak pernah menang
sesuram apapun bayangan di masa depan
semua orang harus tetap gagah menantang
sekuat apapun kita bertahan
kita tak kuasa untuk berdiam
Seperti katamu, berjejal nasihat ditanamkan di dalam otak kita
untuk diserap, dicerna, dan diambil hikmahnya
terkadang sampai terasa muak kita mendengarnya
seperti kita ini bodoh dan dibodohin saja
tetapi apa mau dikata
nasihat-nasihat itu seringkali berguna
dengarkan apa yang dikatakannya:
"Ada pelangi sehabis hujan"
"Tidak ada masalah yang melebihi kekuatan kita untuk menanggungnya"
"You never walk alone"
"Peliharakan kenangan, hal itu membuat hidup tidak lagi membosankan"
"Bangunlah rel sekalipun belum ada keretanya"
"Lebih baik memberi dari pada menerima"
"Apapun yang terjadi, hargailah dirimu sendiri"
"talk less do more"
"do the best, and God will do the rest"
"keep the spirit"
"tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina"
"uang bukan segalanya, masih ada mastercard dan visa"
"kita seharusnya menyukai binatang, mereka rasanya lezat."
"hematlah air, mandilah di bawah shower bersama kekasih kita."
"di belakang setiap pria sukses ada seorang wanita hebat, di belakang
setiap pria yang tidak sukses ada dua wanita"
"cintailah tetangga, tetapi jangan sampai tertangkap basah"
"orang bijaksana tidak menikah, setelah menikah mereka menjadi bijak
sana - bijak sini"
.............
.............
(Keep writing, keep copying... :))
Minggu, 20 Maret 2011
Senin, 21 Februari 2011
Bayangmu
Riuh siang ini menghadirkan jenuh
di mata, tengkuk, leher, dan dada
Rasanya aku sudah tak kuasa
menanggung beratnya isi kepala
Di manakah kopi?
Aku memerlukannya setiap kurang tidur begini...
Mengapa ia tidak setia lagi?
Bukankah aku tidak pernah menyakiti...
Di manakah pena?
Aku ingin mencoretkannya...
bukan dengan memaksa
tetapi mengikuti irama di antara kita berdua...
Tidak ada yang berguna untukku siang ini
tidak kopi tidak pena
Kuputuskan untuk menelungkup di meja
menutup telinga
dan membayangkan dirimu ada
Waktu berlalu tak terasa
aku menikmati sensasi luar biasa
Seperti di dalam taman bunga
dimana kita berdua bercakap mesra
semilir angin menyegarkan
gemericik air menenangkan
harum putik bunga sedikit memabukkan
Ah,,,
riuh itu tak lagi mencemaskan.
di mata, tengkuk, leher, dan dada
Rasanya aku sudah tak kuasa
menanggung beratnya isi kepala
Di manakah kopi?
Aku memerlukannya setiap kurang tidur begini...
Mengapa ia tidak setia lagi?
Bukankah aku tidak pernah menyakiti...
Di manakah pena?
Aku ingin mencoretkannya...
bukan dengan memaksa
tetapi mengikuti irama di antara kita berdua...
Tidak ada yang berguna untukku siang ini
tidak kopi tidak pena
Kuputuskan untuk menelungkup di meja
menutup telinga
dan membayangkan dirimu ada
Waktu berlalu tak terasa
aku menikmati sensasi luar biasa
Seperti di dalam taman bunga
dimana kita berdua bercakap mesra
semilir angin menyegarkan
gemericik air menenangkan
harum putik bunga sedikit memabukkan
Ah,,,
riuh itu tak lagi mencemaskan.
Jumat, 21 Januari 2011
Karena engkau memilikiku
Tigapuluh tiga hampir tiga puluhempat tahun,
aku bukan milik siapa-siapa
kecuali Tuhan yang empunya segala
Tidak ada yang mengatur ke mana langkahku
Tidak ada yang berhak mengintimidasi setiap putusanku
ku berbicara tentang seutuhnya hidup atas namaku
Tetapi tidak sekarang
saat tiba-tiba engkau hidup di dalamku
kita berbagi udara berdua
dan merasakan cinta bersama
Seketika ku tersadar
kita tidak lagi terpisahkan
baik di masa sekarang
ataupun di masa menjelang
Hidup ini tidak lagi semata-mata untuk keakuanku
karena engkaulah sekarang hidupku
Semangat ini bukan lagi kebanggaan bagiku
kebanggaan itu hanyalah bagianmu
Cinta ini tidak lagi mencari tuannya
karena ku telah mempersembahkannya kepadamu
Sejak engkau mendiami rahimku
kubagi nafas ini denganmu
juga mimpi dan harapan-harapanku
karena engkau memilikiku...
(sepenuh cinta dan rindu dari ibumu)
aku bukan milik siapa-siapa
kecuali Tuhan yang empunya segala
Tidak ada yang mengatur ke mana langkahku
Tidak ada yang berhak mengintimidasi setiap putusanku
ku berbicara tentang seutuhnya hidup atas namaku
Tetapi tidak sekarang
saat tiba-tiba engkau hidup di dalamku
kita berbagi udara berdua
dan merasakan cinta bersama
Seketika ku tersadar
kita tidak lagi terpisahkan
baik di masa sekarang
ataupun di masa menjelang
Hidup ini tidak lagi semata-mata untuk keakuanku
karena engkaulah sekarang hidupku
Semangat ini bukan lagi kebanggaan bagiku
kebanggaan itu hanyalah bagianmu
Cinta ini tidak lagi mencari tuannya
karena ku telah mempersembahkannya kepadamu
Sejak engkau mendiami rahimku
kubagi nafas ini denganmu
juga mimpi dan harapan-harapanku
karena engkau memilikiku...
(sepenuh cinta dan rindu dari ibumu)
Senin, 17 Januari 2011
Sudut jalan di pagi hari
Seperti biasa
setiap pagi ku sampai di sudut jalan ini
dan aku terbuai...
oleh manisnya aroma gula
yang diperas oleh mesin-mesin perkasa peninggalan Belanda
aku terbuai...
oleh cumbuan sepi yang sudah menjadi kekasihku sekian lama
aku terbuai...
oleh setiap khayalanku tentang nirwana
tanpa celoteh makhluk bernama manusia yang merasa dirinya bijak dalam balutan kata-kata
tanpa gangguan benda bernama telepon yang selalu minta dibanting saat ia berdering
tanpa tagihan bulanan yang datang bersama kurir yang sepertinya mengira segala umpatanku hanya akting belaka...
tanpa kejaran klien yang memaksaku begadang setiap malam karena merasa sudah membayar
tanpa televisi yang menertawakan orang gagap dalam opera van java
tanpa sule, tanpa gayus, tanpa sby,,,,,
Seperti biasa
aku berdiri di sudut jalan ini
sampai aku ejakulasi dibuai sepi
sampai terdengar jeritan sepeda kayuhku tanda ia selesai bercinta dengan rumput dalam balutan embun sebagai selimut
Kembali aku akan datang ke sini
lagi dan lagi...
kala aku dipanggil oleh pagi.
setiap pagi ku sampai di sudut jalan ini
dan aku terbuai...
oleh manisnya aroma gula
yang diperas oleh mesin-mesin perkasa peninggalan Belanda
aku terbuai...
oleh cumbuan sepi yang sudah menjadi kekasihku sekian lama
aku terbuai...
oleh setiap khayalanku tentang nirwana
tanpa celoteh makhluk bernama manusia yang merasa dirinya bijak dalam balutan kata-kata
tanpa gangguan benda bernama telepon yang selalu minta dibanting saat ia berdering
tanpa tagihan bulanan yang datang bersama kurir yang sepertinya mengira segala umpatanku hanya akting belaka...
tanpa kejaran klien yang memaksaku begadang setiap malam karena merasa sudah membayar
tanpa televisi yang menertawakan orang gagap dalam opera van java
tanpa sule, tanpa gayus, tanpa sby,,,,,
Seperti biasa
aku berdiri di sudut jalan ini
sampai aku ejakulasi dibuai sepi
sampai terdengar jeritan sepeda kayuhku tanda ia selesai bercinta dengan rumput dalam balutan embun sebagai selimut
Kembali aku akan datang ke sini
lagi dan lagi...
kala aku dipanggil oleh pagi.
Jumat, 07 Januari 2011
Teramat kurindu
Terbayang setiap inci tubuhmu
Terekam harum aromamu
Kapan ku dapat memelukmu?
Tanpa batas tanpa keraguan
Hanya ada engkau dan aku...
Ingin kurangkai berbait-bait puisi
Ingin kugubah rangkaian-rangkaian nada
tentang engkau kekasih hati penyejuk jiwa
pencipta segala asa...
Ya engkau buah hati bunda,
ingin segera kucium saat engkau tertawa
ingin segera kupeluk saat engkau merajuk
waktu ini terasa sangat lama
hati ini telah terlanjur jatuh cinta
kepadamu sosok mungil berjiwa besar
kesayanganku yang teramat kurindu...
(Oh, beginikah rasanya?)
Terekam harum aromamu
Kapan ku dapat memelukmu?
Tanpa batas tanpa keraguan
Hanya ada engkau dan aku...
Ingin kurangkai berbait-bait puisi
Ingin kugubah rangkaian-rangkaian nada
tentang engkau kekasih hati penyejuk jiwa
pencipta segala asa...
Ya engkau buah hati bunda,
ingin segera kucium saat engkau tertawa
ingin segera kupeluk saat engkau merajuk
waktu ini terasa sangat lama
hati ini telah terlanjur jatuh cinta
kepadamu sosok mungil berjiwa besar
kesayanganku yang teramat kurindu...
(Oh, beginikah rasanya?)
Langganan:
Postingan (Atom)